Diantara keutamaan membaca kalimat Tauhid adalah
dapat menghapus empat ribu macam dosa-dosa besar, sebagaimana hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam kitab Imam As-Sanusiy sebagai berikut :
أَنَّ مَنْ قاَلَ لآ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَمَدَّهاَ هَدَمَتْ لَهُ أَرْبَعَةُ آلاَفِ ذَنْبٍ مِنَ
الكَباَئِرِ
Artinya :
“Sesungguhnya barang siapa membaca kalimat
Tauhid لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ dan
memanjangkannya, maka baginya akan dihapus empat ribu macam dosa besar”.
Pada saat itu para sahabat bertanya, “Ya
Rasulullah, lalu bagaimana apabila satupun dia tidak memiliki dosa besar ?”,
Rasulullah menjawab ; “Maka yang dihapuskan empat ribu macam dosa besar adalah
keluarga dan para tetangganya”.
Dalam membaca panjang kalimat Tauhid, para Ulama
mengajarkan sebagai berikut :
a. Ketika melafalkan LA dan bibaca
lebih panjang sambil kepala berpaling ke sebelah kanan dan hati menghayati
artinya yaitu “tidak ada”.
b. Ketika melafalkan ILAHA sambil
kepala bergerak ke bagian tengah dan hati menghayati artinya yaitu “Tuhan yang
wajib disembah”.
c. Ketika melafalkan ILLALLAH sambil
kepala berpaling kesebalah kiri dan hati menghayati artinya yaitu “melainkan
Allah”.
d. Setelah nya, dihadirkan dalam hati
kalimat مُحَمَّدُ رَسُوْلُ اللهِ sambil menghayati artinya yaitu
“Muhammad adalah utusan Allah”. Hal ini untuk membedakan cara membaca kalimat
Tauhid dengan umat terdahulu sebelum baginda Nabi Muhammad, karena umat dahulu
membaca kalimat Tauhid tanpa diringi مُحَمَّدُ
رَسُوْلُ اللهِ .
PEMBACANYA DIJAGA DARI SEMBILAN PULUH SEMBILAN
PINTU MUSIBAH
Diantara keutamaan membaca kalimat Tauhid adalah
dapat melindungi pembacanya dari sembilan puluh sembilan pintu musibah,
sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu ‘Asaakir yang diterima dari
Imam Ibnu Abbas, yaitu sebagai berikut :
إِنَّ قَوْلَ لآ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ تَدْفَعُ عَنْ قاَئِلِهاَ تِسْعَةَ وَتِسْعِيْنَ باًباً مِنَ
البَلاَءِ أَدْناَهاَ الهَمُّ .
Artinya : Sesungguhnya bacaan kalimat tauhid
لآ إِلَهَ إِلاَّ الله akan menjaga atau
melindungi para pembacanya dari sembilan puluh sembilan macam pintu musibah,
dan musibah yang paling rendah adalah mengalami keresahan”.
Sungguh luar biasa, hanya membaca satu kali saja
akan menjaga dan melindungi pembacanya dari sembilan pulu sembilan macam
musibah yang berat, kecuali kematian, seperti musibah kebakaran, musibah
banjir, tanah longsor dll. paling rendah adalah resah atau bingung.
Apabila timbul pertanyaan, “Mengapa musibah tetap
datang dan menimpa, sedangkan mereka sering sekali membaca kalimat tauhid ?”
Ingat !, dalam hal ini terdapat beberapa faktor
penyebab musibah itu menimpa, diantaranya :
a. Membaca dua kalimat tauhid dalam
keadaan lalai kepada Allah Swt, atau
b. Pembaca kalimat tauhid tidak meyakini
terdapat keutamaan tersebut, atau
c. Dia melakukan suatu dosa, yang
cara menghapuskan dosa tersebut adalah hanya dengan menimpakan musibah itu.
Keutamaan kalimat Tauhid mustahil dusta atau
hanya isapan jempol semata, karena demikian itu ajaran Allah Swt. Manusia harus
sering intropeksi dan memeriksakan diri keadaan rohani dirinya kepada para
Ulama yang ahli agama yang selalu memperhatikan tatakrama dalam agama Islam.
Diantara tatakrama seorang muslim secara
lahiriyah adalah tidak pernah membuka peci atau tutup kepala, kecuali keadaan
darurat. Terlebih-lebih memenuhi kewajiban menutup aurat, baik lelaki ataupun
perempuan.
HIKAYAT KETEGUHAN IMAN
Hikayat ini diterima dari seorang Ulama besar,
yaitu Syekh Abdul Wahid bin Zaed, sebuah hikayat nyata dari pengalaman sendiri,
beliau berkata, kisahnya sebagai berikut :
Suatu hari saya sedang berada di atas kapal layar
di tengah laut, tiba-tiba datang angin topan besar menerpa dan menyeret kapal
layar yang saya tumpangi, saya bersyukur selamat namun saya terdampar disebuah
pulau, lalu saya pun memasuki pulau itu untuk lebih menyelamatkan diri.
Setelah masuk ke pulau itu lebih dalam ternyata
di pulau itu ada seorang manusia, saat itu saya melihat dia sedang menyembah
berhala. Setelah cukup lama istirahat dan menceritakan apa yang baru saja saya
alami, saya memberanikan diri berkata, “apakah saudara menyembah berhala ini
dan dijadikan Tuhan ? sementara di tempat saya banyak orang yang bisa
membuat Tuhan yang saudara sembah ini ?”. ”Lalu tuhan saudara sendiri siapa ?”,
dia balik bertanya. “Saya menyembah Allah Swt, yaitu Tuhan yang menciptakan
‘Arsy diatas langit, yang menciptakan hamparan bumi dan yang menciptakkan
lautan luas”, jawab saya mantap. “Siapa yang mengajarkan sudara seperti itu ?”.
dia seolah ingin lebih tahu. ”Ada utusan-Nya yang sampai kepada kami dan
mengajarkan hal itu”, jawab saya penuh kesungguhan. “Apa yang dikerjakan utusan
Tuhan saudara itu ?”. tanyanya semakin penasaran. “Allah Swt yaitu Tuhan kami,
Dia mengirim utusan-Nya hanya untuk menyampaikan ajaran-Nya”, jawab saya.
“Apakah saudara memiliki tanda-tanda akan kebenaran ada utusan-Nya ?”, tanyanya
dengan pebuh semangat. “Benar, dan tandanya adalah ada firman-firman-Nya
melalui lisan utusan-Nya itu”, jawab saya. “Apa saudara memiliki
firman-firman-Nya itu ?”, tanyanya, ingin lebih banyak tahu.
Kemudian saya membacakan firman-firman Allah Swt
dengan melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dari surat Ar-Rahman. Pada saat itu
tanpa terasa dia menangis tidak henti-hentinya, sampai saya selesai dari
membacakan surat Ar-Rahman.
“Tidaklah layak untuk berbuat durhaka kepada
pemilik kata-kata ini (Allah Swt)”, katanya, dia terlihat seolah merasakan
getaran hebat dalam hatinya, mungkin merasa kagum dan terpesona setelah
mendengar firman-firman Allah Swt.
Kemudian saya memberitahukan tentang Islam dan
ajaran tentang Islam kepadanya, lalu tanpa ada paksaan dan kesulitan berarti,
diapun dengan mudah menyatakan diri masuk agama Islam. Alhamdulillah.
Kemudian saya mengajak dirinya naik kapal layar
yang sebelumnya saya sandarkan di tepi pantai. waktupun kian semakin larut dan
tiba saatnya menjelang tengah malam. Setelah kami berdua melaksanakan shalat
Isya, maka kami bersiap-siap untuk tidur, ingin beristirahat dari kepenatan.
“Apakah Tuhan Allah yang saudara ajarkan kepada
saya ini juga ikut tidur bersama ?”, di keheningan malam tanpa diduga dia
bertanya seperti itu. “Tidak, Dia tidak tidur, bahkan Dia yang Maha hidup dan
Maha berdiri”, jawab saya tersenyum merasa senang. “Saudara nampaknya hamba
yang kurang baik dan tidak sopan, anda seenaknya tidur namun Tuhan saudara
tidak”, dia mengkritik saya.
Setelah sampai di pelabuhan, kami hendak berpisah
untuk menuju rumah masing-masing. Kami mengumpulkan uang secukupnya untuk
memberi bekal pada dirinya, dengan harapan dapat lebih menguatkan imannya.
Kemudian uang yang telah terkumpul lumayan banyak itu saya serahkan kepadanya.
“Apa ini ?”, dia bertanya. “Ini hanyalah uang
untuk bekal saudara, kalau-kalau suatu saat nanti diperlukan”, tatapan saya penuh
harap.
“Saudara mengajarkan saya agama Islam dan
menyembah Allah, tapi saudara tidak terlihat mengamalkannya, sudah sekian lama
saya menyembah berhala, menyembah selain Allah, tapi Allah tidak pernah
membiarkan saya sampai kelaparan, lalu apakah setelah saya menyembah Allah Swt
dan saya sekarang mengenal-Nya, kemudian Allah akan menyia-nyiakan diri saya
hingga akan mengalami kelaparan ??”. dia kembali mengkritik saya, dan
keimanannya mulai nampak kuat.
Akhirnya dia tidak menerima uang dari kami untuk
bekal dirinya, saya tersenyum bangga karenanya, dan saat itu kamipun berpisah.
Setelah melewati tiga hari dari kejadian itu,
saya mendengar khabar bahwa dia jatuh sakit, kemudian saya menemuninya. “Apakah
yang dapat saya bantu?”, saya menawarkan bantuan.
“Bantuan saudara telah saya terima, yaitu ketika
saudara mengeluarkan saya dari pulau itu dan mengenalkan saya tentang agama
Islam, saya ucapkan terima kasih”, jawabnya.
Kemudian dia pun meminta izin untuk tidak
diganggu, dia seolah ingin beristirahat, hatinya nampak tidak berhenti
berdzikir. Malam itu saya menemaninya dan tidur disampingnya, dalam tidur saya
bermimpi melihat wanita cantik berada di taman hijau nan indah, wanita itu
berkata : “Lekas bawalah dia ke dalam sorga, saya sangat merindukannya”. Saya tersentak
kaget dan terbangun, kemudian saya melihat dia, namun tidak terdengar lagi
desah nafasnya, ternyata ia sudah meninggal.
Pagi harinya saya ikut menguburkan jenazah-nya
bersama orang lain. Dan pada malam harinya saya kembali bermimpi, di dalam
mimpi itu saya melihat dia dalam keadaan yang senang dan mewah, kepalanya
mengenakan mahkota emas berlian, dikelilingi para bidadari cantik rupawan
sambil membaca ayat berikut ini :
وَالمَلاَئِكَةُ
يَدْخُلُوْنَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ باَبٍ سَلاَمٌ عَلَيْكُمْ بِماَصَبَرْتُمْ
فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
Artinya :
“Sedang para Malaikat masuk ke tempat-tempat
mereka dari setiap pintu sambil mengucapkan Keselamatan bagi
kalian atas kesabaran kalian, dan alangkah baiknya sorga itu
menjadi tempat tinggal”. (QS. Arra’du 22-23)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar